Sofyan Adi Cahyono, Profil DPM Kementan Mampu Bertahan di Tengah Pandemi

Pangannews.id

Selasa, 27 April 2021 05:06 WIB

news
Foto : Duta Petani Milenial Kementan, Sofyan Adi Cahyono.

PanganNews.id Semarang - Banyaknya peluang bisnis yang dapat dioptimalkan dari sektor pertanian menjadi daya tarik tersendiri bagi generasi muda khususnya ditengah tingginya gejolak pandemi covid 19 yang melanda seluruh dunia. 

Terlebih kemajuan teknologi saat ini mendukung generasi muda untuk terlibat dalam sektor pertanian yang modern.

Pada berbagai kesempatan, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan sektor pertanian juga menjadi sektor yang mendukung perekonomian dan ketahanan pangan di Indonesia. Dan ini semua tidak terlepas dari peran SDM tak terkecuali generasi muda yang menjadi motor penggerak sektor pertanian. Untuk itu Mentan terus berupaya meningkatkan kapasitas dan kapabiltas SDM pertanian dengan berbagai upaya. 

“Kita fasilitasi mereka, kita tingkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka melalui pelatihan. Kita manfaatkan teknologi, alsintan, jejaring hingga jejaring pemasaran. Kita ubah pola pikir generasi millennial bahwa pertanian itu keren, hebat, dan satu-satunya sektor yang menjanjikan terlebih di tengah pandemi ini," jelas Mentan Syahrul.

Sofyan Adi Cahyono, seorang lulusan Fakultas Pertanian Universitas Satya Wacana Salatiga yang sukses menekuni bisnis bidang usaha sayur organik. Berawal dari bisnis yang dirintis oleh keluarganya sejak tahun 2006. 

“Awalnya kami sekeluarga memiliki usaha sayur organik yang biasa kami jual ke pasaran dengan branding Sayur Organik Merbabu (SOM), karena permintaan meningkat kami merangkul 30 pemuda-pemuda desa Getasan, berusia 19-38 tahun, membentuk Kelompok Tani Citra Muda Getasan pada tahun 2015,” papar Sofyan.

Ia pun menjelaskan kapasitas produksi sayuran organik yang ditanami sekitar 60 varietas pada lahan seluas 10 ha dengan omset 300-400 juta per bulan. Sesuai dengan branding usahanya, hasil produksi pertanian yang dilakukan tidak menggunakan pupuk maupun pestisida kimia sehingga mendapatkan predikat kelompok tani mandiri karena kebutuhan pupuk dan pestisida diproduksi sendiri, hanya saja tidak untuk dikomersilkan.

Sebagai milenial Sofyan telah berhasil memasarkan sayuran hasil produksinya secara online melalui media sosial facebook dan instagram dengan sistem keagenan, selain telah mensupport kebutuhan sayur di salah satu mall. Sebelum pandemi covid 19 melanda Indonesia, Sofyan telah merencanakan untuk ekspor. Namun, adanya pembatasan akses dan ruang gerak menyebabkan rencanaya belum terealisasi dan fokus pada memenuhi kebutuhan sayur dalam negeri.

Pria yang juga seorang Duta Petani Milenial Kementan ini mengungkapkan saat terjadi lokcdown akibat pandemi covid-19 terjadi peningkatan penjualan 300% karena orang-orang memilih untuk membeli produk sayuran organik. 

“Tak ada yang tak mungkin bila kita mau berusaha. Ditengah pandemi, disaat semua orang kehilangan lapangan pekerjaan, sektor pertanian mampu membuktikan bahwa ini adalah lapangan pekerjaan yang tidak ada matinya,”ungkapnya opimis. 

Tak hanya fokus di budidaya, kini Sofyan merencanakan pembangunan Agro Edu Wisata (AEW) sebagai pusat pelatihan budidaya sayur organik yang dikemas dalam lokasi wisata yang mengedukasi pertanian organik tidak hanya wisata refreshing semata.

Profil sukses Sofyan merupakan bukti nyata pembangunan SDM pertanian berhasil. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menyatakan Kementan telah menetapkan arah kebijakan pembangunan pertanian, yaitu pertanian maju, mandiri dan modern. Peran generasi muda disini sangat diperlukan. Kementan tak henti-hentinya terus menggenjot peran generasi muda untuk terus mengembangkan sektor pertanian. 

“Kita mengharapkan dukungan yang diberikan oleh Kementan dapat bermanfaat bagi petani. Kita tingkatkan kualitasnya melalui pelatihan, kita tingkatkan jejaring pemasarannya dengan bermitra,” ujar Dedi.


Kolom Komentar

You must login to comment...