Waspada Cacar Monyet

Pangannews.id

Friday, 17 November 2023 07:53 WIB

news
Waspada Cacar Monyet. (Foto : Dok. M. Chairul Arifin (Purnabakti Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan RI))

PanganNews.id Jakarta, - Oleh: M. Chairul Arifin (Purnabakti Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan RI)

Surat kabar Kompas berturut pada tanggal 17 dan 24 Oktober 2023 telah memberitakan tentang Kasus Cacar Monyet di Jakarta yang semakin bertambah dari dari 8 orang menjadi 14 orang. 

Publik bertanya tanya, apakah kasus cacar monyet (Mpox) itu sebenarnya, apa dan bagaimana, dan apakah berpotensi jadi pandemi seperti Covid 19 ? Pertanyaan ini wajar adanya karena baru saja kita lolos dari ujian pandemi Covid 19 dan khawatir terjadi pandemi berikutnya akibat cacar monyet, nama penyakit zoonosis yang baru. 

Penyebab

Penemuan pertama sebenarnya tumor cacar monyet diketemukan berupa benjolan pada, kulit sekelompok monyet rhesus Asia (Macaca mulata) dan baboon (Papio spp) di Lagos Nigeria Afrika Barat di tahun 1958. Menurut para ahli penyakit ini disebut juga Monkey Tumor Pox virus. 

Penyebab virus genus orthopoxbirus dari famili Poxviridae Termasuk virus variola (penyebab cacar), virus vaccinia ( digunakan vaccin cacar) dan virus cacar sapi. 

Pada manusia penyakit ini terdeteksi pertama kali di Kongo, Afrika tahun 1970.

Morphologi dibawah mikroskop elektron mirip dengan virus cacar yang lain. Dapat tumbuh pada membrana chorioallantois (CAM) telur ayam. Isolasi pertama, digunakan sel thyroid manusia dan selanjutnya virus dapat ditumbuhkan pada sel ginjal vervet atau patas. 

Penularan

Penyakit digolongkan sebagai Zoonosis yang langka. Di Jakarta telah berkembang menjadi transmisi lokal antar manusia yang menurut simulasi epidemiologi dapat mencapai 3.600 kasus. 

Reservoir

Monyet Afrika dan monyet Asia termasuk yang ada di kebun binatang peka terhadap infeksi virus Mpox. Infeksi bersifat latent. 

Tikus raksasa Gambia, dapat bertindak sebagai reservoir. Lewat tikus sebagai pet menyebar ke USA (2003). Reservoir lainnya tupai di Afrika. 

Tidak berpotensi sebagai pandemi. Kemenkes menyebutkan tak perlu panik dan WHO menyatakan kewaspadaan global (23/7/2022) dan sudah dicabut Mei 2023.

Gejala klinis

Pada monyet, gejalanya yang menonjol berupa benjolan seperti tumor di kepala dan bahu, membentuk ulcus dan lesi, kongesti dan ulcerasi di lengannya. 

Pada manusia, gejalanya adalah lesi (luka), demam, limfadenopati ( pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri tenggorokan, ruam, myalgia (nyeri otot), lenting yang berisi cairan, ruam kemerahan, koreng dan sulit menelan. Gejala paling khas limfadenopati yang merupakan pembeda dari penyakit lainnya.. 

Populasi berisiko

Adalah kelompok yang memiliki HIV dan mereka yang punya orientasi bisexual. Pada umumnya laki laki usia produktif

Oleh karena itu diminta kepada seluruh fasilitas kesehatan untuk melakukan kewaspadaan dini terutama di pelabuhan laut dan udara. 

Pencegahan

Sejauh ini tidak ada pengobatannya. Penyakit dapat ditanggulangi dengan vaksinasi, perilaku hidup sehat dan menghindari hubungan sejenis. 

Diambil dan diringkas dari Buku Zoonosis Dari Hewan Liar, Oleh Dr. Drh. Soeharsono dan sumber Lainnya


Kolom Komentar

You must login to comment...