Kamis, 18 Januari 2024 11:15 WIB
PanganNews.id Depok, - Oleh: M. Chairul Arifin (Purnabakti Kementerian Pertanian RI, Alumni UNAIR)
Upaya pemerintah dipertanyakan
Data hasil Sensus Pertanian 2023 (ST 2023) yang baru saja dirilis oleh BPS, menyebutkan bahwa populasi kerbau telah menurun tajam dari 1,11 juta ekor pada tahun 2013 menjadi hanya 470 ribu ekor di tahun 2023. Ini berarti selama 10 tahun terakhir populasinya menurun 57.7 persen. Lebih dari separuh kerbau atau 640 ribu ekor telah dipotong, mati karena penyakit, dijual atau hilang tak tentu rimbanya.
Penurunan yang luar biasa dari satu digit berkurang dibawahnya ini menjadi lampu merah, atau _alarm_ bagi pemerintah, tentang kenapa ini bisa terjadi. Kalau keadaan ini dibiarkan terus terjadi maka nantinya pada tahun Emas 2045 Indonesia bakal menyaksikan kerbau (Bubalis bubalis) hanya akan dipajang di beberapa kebun binatang sebagai benteng terakhirnya. Anak cucu kita akan bertanya jenis hewan ini apa kepada pemandu wisata. Ironis. Kita pertanyakan langkah seperti apa untuk menyelamatkan populasinya kepada pemerintah.
Penurunan populasinya yang terjadi setiap tahun akhir akhir ini berpotensi kerbau berubah dari ternak menjadi hewan yang dilindungi atau tergolong _endangered species_. Padahal kerbau selama ini ikut berjasa menyumbang konsumsi daging masyarakat dan fungsi lainnya dibidang adat, pariwisata dan kuliner khas berbasis kerbau di berbagai daerah.
Menurun terus
Pada awal Abad ke 19 tepatnya di tahun 1841 populasi kerbau khususnya di pulau Jawa masih lebih tinggi dari sapi. Tercatat kerbau berjumlah 1,476 juta ekor dan sapi hanya 476 ribu.
Pada waktu jaman keemasannya kerbau menjadi bagian dari usaha tani rakyat.. Populasinua malah meningkat 2,146 ekor 90 tahun kemudian.. Tetapi ternak ini memang banyak memiliki keterbatasan di banding sapi. Kelenjar keringat yang sedikit dan kulitnya yang lebih tipis menyebabkan kerbau tidak tahan lama bekerja disawah dan senang berkubang di sungai.
Selain itu kerbau tergolong silent heat sulit di deteksi berahinya. Populasinya meningkat 90 tahun silam. tetapi tetap kalah cepat pertumbuhannya dengan sapi Populasinya meningkat 150 tahun kemudian jadi 3,282 juta tetapi populasi sapi telah melejit mencapai 10,520 juta
Sejak tahun 2000 an dan sesudahnya populasi kerbau menurun terus. Pada tahun awal 2000 an populasinya masih bertahan di angka 2 juta ekor. Sepuluh tahun kemudian 2010 turun 1,3 juta. Tetap bertahan dikisaran 1,3 juta di tahun 2018, dan psda 2023 naik. tipis jadi 1 48 juta . Tahun 2020 saya malah memprediksinya turun dibawah 1 juta ekor yang dibuktikan dengan hasil ST 2023 memang menurun terjun ke angka 470 ribu ekor.
Beda Metode Penghitungan
Hasil ST 2023 , telah membukakan mata kita tentang arti pentingnya data. Sesuai dengan Undang Undang Statistik No. 16 Tahun 1997 yang menyebutkan bahwa pendataan lengkap statistik.melalui sensus termasuk pencacahan ternak oleh BPS telah diakui secara nasional dan internasional.
Dengan metode sensus BPS kita mengakui benar adanya penurunan populasi kerbau karena selama ini data populasi ternak hanya berdasarkan kompilasi hasil pengumpulan data dari daerah yang waktunya tidak seragam setiap waktu, sedangkan BPS melakukannya dengan metode pendekatan ternak sebagai usaha dalam waktu uang telah ditentukan serta diumumkan ke publik..Data BPS dan metodenya lebih dapat dipakai sebagai referensi untuk proses pengambilan kebijaksanaan dari pada berdasarkan kompilasi data daerah yang diterbitkan oleh Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan setiap tahunnya.
Tentu adanya data berbeda ini akan berimbas pada kegiatan penting yang menghitung parameter angka kelahiran, angka kematian, angka pemotongan dan parameter dinamika populasi ternak lainnya.
Bagaimanapun jua turunnya populasi ternak kerbau itu fakta yang tak terbantahkan. Kita saat ini hanya memiliki kerbau 470 ribu ekor dan kita pertanyakan apa langkah penting pemerintah.. Langkah terkait konservasi, pemurnian pembibitan dsn budidayanya. Kita tunggu. (*/Adv)
Depok, 17 Januari 2024
M. Chairul Arifin, Purnabakti Kementan, Alumni Unair.
You must login to comment...
Be the first comment...