Tuesday, 21 May 2024 15:30 WIB
PanganNews.id, Bogor- Jajaran pintu kayu berwarna biru muda terbuka, memperlihatkan isi kedai kopi dari pinggir Jalan Empang, Kecamatan Bogor Selatan.
Di dalamnya, lemari model lawas masih kokoh berdiri, sementara ubin abu-abu jadul khas zaman dulu melapisi lantainya. Pemandangan inilah yang menyambut setiap pengunjung yang singgah di Kopi Bah Sipit.
Nancy Wahyuni (46), generasi ketiga sekaligus pemilik kedai Kopi Bah Sipit Cap Kacamata, menyambut dengan senyuman saat mulai bercerita tentang sejarah kopi legendaris Bogor tersebut.
"Awalnya kakek saya memang suka berdagang, seperti membuka kelontong. Akhirnya tahun 1925 mulai mengolah kopi. Beliau dipanggil Bah Sipit karena matanya sipit, orang keturunan Tionghoa di tengah komunitas Arab di Jalan Empang," kata Nancy sambil tertawa kecil pada Selasa, 21 Mei 2024.
Nancy menceritakan bahwa kakeknya, Yoe Hong Keng, adalah pendiri pertama Kopi Bah Sipit.
Sebagai seorang keturunan Tionghoa yang menetap di permukiman keturunan Arab, Yoe mulai mengolah kopi bubuk yang dinamai "Kopi Bubuk Bah Sipit Cap Kacamata". Julukan "Bah Sipit" diberikan oleh masyarakat sekitar karena matanya yang sipit.
Pada masa itu, perbedaan etnis tidak memecah harmonisasi di masyarakat. Sebaliknya, mereka menyambut kehadiran Bah Sipit yang menjual kopi Robusta dan Arabica sesuai dengan tradisi orang Arab yang gemar minum kopi.
Masyarakat Bogor, khususnya di Jalan Empang, memiliki minat tinggi terhadap kopi. Menurut Nancy, kebiasaan ngopi ini sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Bogor sejak dulu.
"Khususnya di sini yang mayoritas orang Arab, mereka ngopi-nya cukup kuat. Kebetulan mereka suka kopi pahit yang bold. Bogor memang unik soal kopi, mangkanya banyak kopi legendaris sebelum tren coffee shop seperti saat ini," ungkap Nancy.
Kopi Bah Sipit awalnya hanya menyediakan bubuk kopi Robusta. Namun, setelah Nancy meneruskan bisnis keluarga ini, dia mulai menyediakan kopi Arabica. Keputusan ini diambil karena permintaan masyarakat yang semakin beragam.
Meskipun demikian, Nancy tetap mempertahankan nilai asli yang diwariskan oleh kakek dan ayahnya, yaitu menjual kopi 100 persen tulen tanpa campuran apapun.
"Awalnya hanya menyediakan Robusta, tapi sejak saya teruskan saya lihat masyarakat punya keinginan yang lebih beragam. Sehingga sekarang kami menyediakan kopi Arabica. Biji kopinya dari petani lokal, kalau kopi menurut saya jangan impor dari luar, toh kopi Indonesia juga lebih enak," ujar Nancy.
Ciri khas dari Kopi Bah Sipit adalah bubuk kopinya yang 100 persen murni dari biji kopi tanpa campuran apapun, termasuk jagung yang biasa ditemukan pada beberapa kopi bubuk lain.
"Ciri khas dari Kopi Bah Sipit ini bubuk kopinya 100 persen kopi tulen, artinya tidak ada campuran apa-apa. Murni hanya dari biji kopi saja, jadi orang yang sudah tahu rasanya kopi kami biasanya akan balik lagi karena sudah khas dan cocok," tambah Nancy.
Keberhasilan Kopi Bah Sipit dalam bertahan dari zaman ke zaman tidak terlepas dari inovasi yang terus dilakukan. Kini, selain menjual kopi bubuk, mereka juga menawarkan kopi kemasan siap minum.
Nancy juga menambahkan beberapa meja dan kursi agar pengunjung bisa menikmati kopi sambil bersantai di kedai.
"Kalau inovasi di antar generasi pastinya ada. Kalau dulu hanya jual kopi bubuk saja, sekarang sudah ada yang ready to drink. Kami menyediakan tempat seperti ini agar pengunjung yang ingin coba bisa sekalian nongkrong," jelas Nancy.
Reporter: Ajat Nicko
Editor: R Muttaqien
You must login to comment...
Be the first comment...