Cerita dari Teman Karib

Pangannews.id

Rabu, 04 September 2024 20:55 WIB

news
Work life balance. (Foto: Dok. M. Chairul Arifin)

PanganNews.id Jakarta, -Oleh: M. Chairul Arifin (Purnabakti Kementerian Pertanian RI)

Saya memang suka berteman dengan teman paruh baya yang mereka tampak sekilas baik baik saja. Tetapi kalau kita bicara agak mendalam tentang kehidupan dan pekerjaannya ternyata banyak memantik diskusi yang menarik. 

Sebut saja Yetty, 42 tahun. Dia bersama suaminya lulusan satu universitas terkenal di Republik ini. Karena sang suami lulusan sarjana, tehnologi maka diapun bekerja di perusahaan tambang minyak denqan gaji yang cukup besar . Hampir setiap waktu kerja dia merancang obyek lokasi tempat lokasi penemuan calon lokasi sumber minyaknya.

Hampir tiada waktu pula untuk sejenak bersama dan bersantai keluarga Pernah dengan sedikit berlinang airmata Yetty bercerita sang suami hanya sekilas hadir di pemakaman suaminya karena harus mengejar bonus pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan bersama rekan kerjanya. 

Kesempatan, seperti itu terjadi seringkali, terjadi, sehingga dia terpaksalah membatalkan acara family gathering dengan keluarga lainnya . Betapa sibuknya keluarga muda tersebut dalam mencari income dan pekerjaan. Sampai-sampai tetangga belakang rumah terlupakan punya hajat menhkhitankan anak. 

Sahabat karib lainnya, Nonny seumuran dengan yang pertama lain lagi. Dia mendapatkan jodoh dulu sewaktu bertugas di kota kecil, kemudian nekad pindah ke kota besar dan bertempat tinggal dekat rumah ortunya . Nonny (bukan nama, sebenarnya), sama beranak tiga dan hidup cukup berkecukupan pas pasan di kota besar.

Suaminya seorang sarjana kependidikan matematika yang kemudian buka usaha Bimbel. Seiring makin ketatnya masuk Perguruan Tinggi makin laris dan dicari orang bimbel yang berkualitas terutama matematika. 

Hidup Nonny biasa biasa saja. Bepergian sehari-hari dengan public transport bussway dan kereta komuter. Setiap harinya pasti Terima hape dari keluarga besarnya yang mengabarkan keadaanr kesehatan anak dan angggota keluarga yang lain setiap hari di sela sela pekerjaan di kantor. Demikian berlaku juga untuk sahabat lainnya yang sama wanita seperti Diana (bukan nama sebenarnya) yang menyekolahkan sang anak di pesantren terkenal dengan pengawasannya.. 

Sedikit berbeda dengan mereka Prihardono yang istrinya juga sekantor tapi lain divisi . Dengan anak tunggal satu kini benar-benar menikmati kehidupan. Memiliki banyak akun di berbagai medsos yang berisi banyak foto dan berita tentang kemesraan keluarganya. Ternyata menikmati hidup itu dimaknai berbeda diantara mereka. Bekerja, mencari nafkah, istirahat, .meberikan istirahat untuk,, "me time" dan tidur itu berbeda pada setiap individu

Equal work balance

Disandingkan dan dibandingkan kisah ke tiga sahabat dan keluarganya dengan perkembangan lintas generasi yang ada di tanah air. 

Generasi pertama yaitu generasi pre boomers kelahiran zaman kemerdekaan yang melahirkan generasi X (kelahiran 1942-1967). Generasi pre boomers ini banyak menghasilkan anak sebagai akibat dari hasil revolusi fisik sehingga banyak terjadi korban penduduk sipil.

 Keluarga X melihat ini sebagai sesuatu penderitaan sehingga mereka penganggap cukup keluarga kecil dan sejahtera. Apalagi waktu itu mulai di ngenjarkan program keluarga berencana yang iklannya selalu menonjolkan rumah tangga dengan 2 anak laki dan perempuan.

Generasi X ini membentuk generasi milenial (Gen Y) yang juga merasakan ikut pait gentirnya sebagai keluarga besar maka lahirlah anak anak mereka dalam keluarga kecil. Gen Y inilah yang melahirkan generasi Z yang eksis sekarang ini sebagai generasi Zelenial. 

Generasi Z adalah pencari income, pendapatan, pekerjaan yang piawai dibantu oleh perkembangan teknologi digital. Mereka sudah mengetahui ceruk ceruk pasar kerja dari berbagai informasi digital.

Tetapi dengan terbukanya sumber informasi digital mereka pintar memilih mana pekerjaan yang sudah berimbang antara mencari nafkah dan kehidupan.

Mereka mulai mengenal keseimbangan kerja dan kehidupan disitu mulai di kenal apa seorang profesional sebagai orang tua, pasangan, anggota masyarakat, olahragawan dan teman anak anak. Peran dan tanggung jawabnya berbeda sekaligus tantangannya yang dalam kehidupannya dikenal sebagai keseimbangan kerja kehidupan (Equal Work Balance) setelah.

Mengkaji dari lesson learned dan berpengalaman dari 5 generasi sebelumnya timbul dalam benak mereka konsep keseimbangan kerja dan kehidupan. Dari kisah 3 sahabat tadi ternyata berkecendrungan untuk kembali asal, tidak lagi semata mata kehidupan itu adalah pekerjaan. Konsep work balance sebenarnya memiliki makna kemampuan seseorang dalam menyeimbangankan tanggung jawabnya dalam pekerjaan dan hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan.

 Teori ini sebenarnya mengatur keseimbangan waktu, oleh karena itu kisah ketiga sahabat saya itu sebenarnya adalah mengatur waktu. Tinggal pilih waktu yang penting untuk keluarga dan waktu yang penting untuk pekerjaan.

Demikianlah kisah 3 keluarga paruh baya ditengah tengah di alextika kehidupan. (*/Adv)


Berita Terkait

Kolom Komentar

You must login to comment...