Stunting Bisa Dicegah dengan Makan Pangan Lokal, Ini Penjelasan BRIN

Pers Pangannews

Tuesday, 10 December 2024 15:48 WIB

news
Stunting Bisa Dicegah dengan Makan Pangan Lokal. (Foto : Dinas Ketahanan Pangan Lumajang)

Pangannews.id - Diversifikasi pangan lokal dapat menjadi salah satu solusi dalam mencegah stunting dan meningkatkan asupan gizi pada anak-anak. Hal ini disampaikan Peneliti dari Pusat Riset Agroindustri Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sri Widowati, dalam sebuah webinar pada Senin (9/12/24).

Sri menjelaskan bahwa pangan lokal di Indonesia sesungguhnya kaya akan zat gizi yang penting untuk tubuh. Sayangnya, dengan masuknya makanan siap saji dari kota ke desa, budaya konsumsi pangan lokal semakin berkurang.

Ia menyebutkan, meskipun makanan jajanan dari kota harganya relatif mahal, namun rasanya yang lebih enak membuat anak-anak cenderung lebih menyukai makanan tersebut daripada masakan rumahan yang lebih bergizi.

“Sekarang banyak makanan jajanan dari kota dibawa ke desa. Meskipun harganya relatif mahal sebetulnya, tapi sangat enak, jadi lidah anak-anak sudah terbiasa dengan rasa seperti itu. Sering kali masakan rumahan jadi kurang diminati,” kata Sri.

Stunting, menurut Sri, adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang tidak mencukupi dalam waktu lama. Selain itu, stunting juga dipengaruhi oleh faktor perilaku, seperti pola asuh yang kurang baik dalam pemberian makan pada bayi dan balita.

Oleh karena itu, pencegahan stunting perlu dilakukan sejak 1.000 hari pertama kehidupan anak, dengan memperhatikan asupan gizi yang tepat.

Diversifikasi pangan lokal, ujar Sri, sangat berpotensi untuk membantu pencegahan stunting. Salah satunya adalah dengan mengolah bahan pangan lokal seperti ikan menjadi nugget yang dicampur dengan sayuran bergizi seperti kelor, brokoli, dan bayam.

Ia juga menyarankan agar inovasi pangan lokal diintegrasikan dalam program gizi di posyandu dan sekolah, sehingga dapat lebih diterima oleh masyarakat.

Selain itu, diversifikasi pangan lokal juga dapat mengembangkan potensi daerah sesuai dengan kondisi geografis dan iklim setempat. Dengan demikian, masyarakat bisa mengolah makanan bergizi yang tersedia di wilayah mereka, sekaligus membuka peluang ekonomi baru.

Namun, Sri mengingatkan bahwa diversifikasi pangan lokal masih menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah ketergantungan masyarakat pada komoditas beras sebagai sumber karbohidrat utama.

Ia mendorong masyarakat untuk mulai menyeimbangkan komposisi gizi dalam makanan mereka dengan mengonsumsi alternatif karbohidrat lain seperti umbi-umbian.

Sri juga menekankan pentingnya penerapan prinsip B2SA (beragam, bergizi, seimbang, dan aman) dalam pola makan sehari-hari. Prinsip ini mengajarkan bahwa satu piring makanan harus terdiri dari sepertiga makanan pokok, sepertiga sayuran, seperenam lauk-pauk, dan seperenam buah-buahan.

Indonesia, yang merupakan negara kepulauan dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang melimpah, memiliki potensi besar untuk mengembangkan berbagai jenis pangan lokal.

Berdasarkan identifikasi yang dilakukan oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas), Indonesia memiliki 77 jenis sumber karbohidrat, 75 jenis sumber protein, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, serta berbagai jenis kacang-kacangan, rempah, dan bumbu.

Sri mengajak masyarakat untuk memanfaatkan potensi keanekaragaman hayati ini guna memperkuat kemandirian pangan dan mendukung ketahanan pangan nasional. Dengan pemanfaatan maksimal terhadap sumber pangan lokal, diharapkan Indonesia bisa mengurangi angka stunting dan meningkatkan kualitas gizi masyarakat secara menyeluruh.

Editor : Adi Permana


Kolom Komentar

You must login to comment...