Tuesday, 13 May 2025 23:33 WIB
Pangannews.id - Benua Afrika menghadapi tekanan yang semakin besar akibat dampak perubahan iklim yang dipicu oleh aktivitas manusia.
Laporan terbaru bertajuk State of the Climate in Africa 2024 yang dirilis Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), Senin (12/5/2025), menyoroti bagaimana krisis ini memperparah kelangkaan pangan, kekurangan air, serta memperlambat laju pembangunan sosial dan ekonomi.
Menurut WMO, tahun 2024 menjadi salah satu tahun terpanas yang pernah tercatat di Afrika, menutup dekade dengan tren suhu rata-rata tertinggi dalam sejarah benua itu.
Pemanasan suhu laut di Samudra Atlantik dan Laut Mediterania turut memperparah kondisi, memperbesar potensi cuaca ekstrem seperti banjir bandang, kekeringan berkepanjangan, hingga siklon tropis.
Selama Maret hingga Mei 2024, curah hujan yang sangat tinggi menghantam wilayah Afrika Timur. Kenya, Tanzania, dan Burundi mengalami bencana banjir dan longsor yang menyebabkan ratusan korban jiwa serta memaksa lebih dari 700.000 orang mengungsi.
Bencana semakin memburuk dengan munculnya siklon pertama yang tercatat di kawasan tersebut, membawa angin kencang dan hujan lebat di wilayah yang sebelumnya sudah terdampak.
Di bagian selatan benua, Zambia mengalami kekeringan parah yang menyebabkan krisis energi terburuk sepanjang sejarah negara itu.
Penurunan drastis volume air di Waduk Kariba, yang menjadi sumber utama pembangkit listrik tenaga air bagi Zambia dan Zimbabwe, menyebabkan pemadaman meluas hingga ke Malawi.
Zambia sendiri sangat bergantung pada energi air, yang mencakup 84 persen dari total pasokan listrik nasional.
Kondisi ini juga memicu peningkatan signifikan jumlah pengungsi internal di Afrika. Menurut Pusat Pemantauan Pengungsi Internal (IDMC), bencana iklim telah meningkatkan angka pengungsian domestik hingga enam kali lipat dibanding 15 tahun sebelumnya.
Dampaknya terasa luas hingga ke sektor pertanian. Laporan dari Center for Global Development (CGD) menyebut bahwa lebih dari 200 juta warga Afrika berisiko mengalami kelaparan dan malnutrisi akibat penurunan produktivitas pertanian.
Produksi pangan diperkirakan turun 2,9 persen pada 2030, dan bisa jatuh hingga 18 persen pada pertengahan abad ini.
Pendapatan dari sektor tanaman pangan pun terancam menurun hingga 30 persen, sementara kemiskinan rumah tangga yang bergantung pada pertanian bisa meningkat hingga 30 persen.
Laporan WMO juga memperingatkan dampak jangka panjang terhadap ekonomi Afrika. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita benua ini diperkirakan turun sekitar 7,1 persen dalam skenario jangka panjang, dengan potensi kerugian ekonomi nasional yang bisa mencapai antara 11 hingga 26 persen.
Menanggapi situasi ini, Sekretaris Jenderal WMO, Celeste Saulo, menekankan pentingnya penguatan sistem peringatan dini dan strategi adaptasi iklim berbasis data untuk mengurangi dampak berantai yang terjadi.
“Kondisi ini semakin kompleks dan mendesak. Kita perlu sistem adaptasi yang lebih kuat untuk menghadapi dampak iklim yang terus berkembang di Afrika,” ujar Saulo, dikutip dari Earth.org, Selasa (13/5/2025).
Namun, di tengah krisis yang memburuk, sejumlah negara Afrika mulai mengambil langkah positif dengan mengandalkan teknologi.
Penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk memantau kondisi cuaca lokal mulai diterapkan, bersama dengan aplikasi seluler, layanan SMS, radio komunitas, hingga platform digital lainnya untuk menjangkau wilayah terpencil.
Nigeria dan Kenya tercatat sebagai negara yang paling aktif memanfaatkan teknologi digital dalam mendistribusikan informasi cuaca kepada petani dan nelayan.
Afrika Selatan juga mengembangkan sistem prediksi cuaca berbasis AI dan radar canggih untuk meningkatkan akurasi prakiraan.
Hingga akhir 2024, setidaknya 18 Layanan Meteorologi dan Hidrologi Nasional (NMHS) di Afrika telah memperbarui infrastruktur digital mereka, berkat dukungan dari WMO.
Langkah ini menjadi fondasi penting dalam memperkuat ketahanan iklim dan meminimalisir risiko bencana di masa mendatang.
Editor : Adi Permana
Thursday, 19 June 2025 19:45 WIB
Wednesday, 18 June 2025 17:26 WIB
Wednesday, 18 June 2025 13:03 WIB
You must login to comment...
Be the first comment...