Papua Barat Daya Kejar Ekspor Ikan dan Udang, Targetkan Pasar China dan Singapura

Pers Pangannews

Tuesday, 24 June 2025 18:53 WIB

news
BI dan Pemprov Papua Barat Daya mulai melakukan aktivitas ekspor ikan dan udang ke Singapura dan China, Selasa (24/6/2025). (Foto : Instagram @prov.pbd)

Pangannews.id - Papua Barat Daya memang provinsi termuda di Indonesia, tapi langkahnya di sektor ekonomi tak bisa dibilang kecil. Salah satu penggeraknya? Ekspor hasil laut.

Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya bersama Bank Indonesia tengah memantapkan arah penguatan ekspor ikan dan udang ke pasar-pasar utama seperti China dan Singapura untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah.

Menurut Kepala BI Perwakilan Papua Barat Setian, perekonomian Papua Barat Daya menunjukkan tren positif sejak awal berdiri sebagai daerah otonomi baru (DOB) pada 2022.

Di triwulan I 2025, pertumbuhan ekonomi tercatat 4,82 persen secara tahunan (yoy), naik signifikan dari 1,82 persen (2023) dan 3,60 persen (2024).

“Ini sinyal kuat bahwa ekspor menjadi motor utama ekonomi Papua Barat Daya. Saat sektor lain bergantung pada belanja pemerintah atau konsumsi rumah tangga, di sini ekspor menyumbang hampir 30 persen dari keseluruhan perekonomian,” ujar Setian, Selasa (24/6/2025).

Komoditas unggulan ekspor Papua Barat Daya masih didominasi produk laut. Mulai dari mutiara (kode HS71) dengan kontribusi lebih dari 50 persen, hingga ikan, udang, dan moluska (HS03) sebesar 46,6 persen.

Negara tujuan ekspor terbanyak adalah Malaysia (44 persen) dan Jepang (30 persen), diikuti Singapura dan China yang terus menunjukkan peningkatan permintaan.

Yang menarik, skor Revealed Comparative Advantage (RCA) komoditas olahan laut Papua Barat Daya berada di atas angka 1, yang artinya produk ini punya daya saing lebih tinggi dibanding produk serupa dari negara lain.

“Cadangan sumber daya kita sangat besar. Produk mutiara bisa bernilai ekspor hingga USD 23,49 juta, sementara potensi produk perikanan di WPP 717 dan 719 diperkirakan mencapai 2,2 juta ton,” jelas Setian.

Meski potensi besar, realisasi ekspor daerah tak bisa hanya mengandalkan kekayaan alam. Setian menyoroti pentingnya membangun ekosistem ekspor yang sehat. Mulai dari kemudahan perizinan, kepastian regulasi, hingga kesiapan pelaku usaha untuk menembus pasar internasional.

“Perlu dibentuk tim kerja lintas instansi, pemetaan potensi komoditas dan pelaku ekspor di setiap kabupaten/kota, sampai pendirian klinik ekspor yang membina dan mendampingi eksportir memenuhi syarat kepabeanan,” tegasnya.

Editor : Adi Permana


Kolom Komentar

You must login to comment...