Selasa, 27 Agustus 2024 17:54 WIB
PanganNews.id Jakarta, - Diversifikasi pangan merupakan upaya mendorong masyarakat untuk mengonsumsi berbagai jenis bahan pangan, baik nabati maupun hewani dalam pola makan sehari-hari.
Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong pengembangan aneka kacang dan umbi sebagai komoditas pangan lokal guna memperkuat ketahanan pangan. Pengembangan komoditas aneka kacang dan umbi seharusnya tidak hanya untuk kebutuhan makan, tetapi juga sebagai sumber penghasilan.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, menekankan pentingnya memperkuat penganekaragaman pangan berbasis kearifan lokal di seluruh Indonesia.
Secara terpisah Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Idha Widi Arsanti mengatakan penyuluh pertanian sebagai garda terdepan dalam memberikan pendampingan kepada petani agar menyebarluaskan informasi dan edukasi yang tepat kepada kelompok tani di wilayah binaannya masing-masing.
Di acara Ngobrol Asik (Ngobras) Volume 27, Selasa (27/08/2024) di Ruang AOR BPPSDMP, hadir sebagai narasumber Ketua Kelompok Substansi Aneka Kacang, Direktorat Aneka Kacang dan Umbi, Catur Setiawan.
Catur menjelaskan bahwa tujuan diversifikasi pangan adalah untuk mendapatkan keragaman sumber gizi dan mengurangi ketergantungan masyarakat pada satu jenis pangan pokok, seperti beras. Selain itu, diversifikasi pangan dilakukan melalui dua cara, yaitu diversifikasi tanaman pangan dan diversifikasi konsumsi pangan.
Diversifikasi tanaman pangan melibatkan penanaman tanaman dengan kebutuhan air dan nutrisi yang berbeda-beda, sehingga petani dapat mengurangi tekanan pada sumber daya alam dan menghindari degradasi tanah. Sedangkan diversifikasi konsumsi pangan dilakukan dengan mengembangkan proses pengolahan, mengubah berbagai bahan mentah menjadi produk baru yang memiliki sifat berbeda dan nilai tambah lebih tinggi daripada bahan aslinya, ungkap Catur.
Catur menambahkan bahwa komoditas aneka kacang dan umbi memiliki prospek besar untuk dikembangkan. Aneka kacang memiliki posisi strategis sebagai alternatif pengganti protein dan lemak hewani, sementara aneka umbi dapat menjadi substitusi karbohidrat dan alternatif pengganti beras sebagai bahan pangan utama karena kandungan karbohidratnya yang tinggi.
Oleh karena itu, tanaman ini perlu dikembangkan oleh petani hingga skala industri. Namun, pengembangan komoditas ini menghadapi beberapa tantangan. Diantaranya seperti persaingan lahan dengan komoditas palawija, hortikultura, dan perkebunan. Selain itu, penerapan praktik pertanian yang baik (Good Agricultural Practices) belum optimal dan jaminan pasar serta harga yang dinilai belum cukup menguntungkan bagi petani, jelasnya.
Sedangkan ketersediaan sarana pendukung pasca panen juga masih belum memadai. Meskipun ada tantangan, namun beberapa komoditas tetap menunjukkan prospek pengembangan yang baik, mengingat produktivitasnya terus meningkat sejak 2019 hingga 2023,
"Namun, meskipun produktivitas meningkat, perlu ada upaya signifikan untuk meningkatkan produktivitas lebih lanjut. Mengingat luas tanam dan luas panen mengalami penurunan selama periode 2019-2023," ucap Catur kembali.
Terakhir, Catur menekankan pentingnya diversifikasi hasil olahan produk kacang dan umbi-umbian untuk meningkatkan nilai tambah bagi petani. (EP/NF) (*/Adv)
You must login to comment...
Be the first comment...