Edukasi Pendekatan “One Health” Melalui Media Massa

Pangannews.id

Tuesday, 03 September 2024 07:15 WIB

news
Foto: drh. Pudjiatmoko, Ph.D Anggota Komite Teknis Kesehatan Hewan, BSN. (Dok. Pudjiatmoko)

PanganNews.id Jakarta, - (Bagian Pertama)

oleh drh. Pudjiatmoko, Ph.D Anggota Komite Teknis Kesehatan Hewan, BSN.

Perbandingan Pendekatan Lama dan “One Health”

Pendekatan lama yang memisahkan kesehatan hewan, manusia, dan lingkungan sering kali kurang efektif dalam menangani hubungan rumit di antara ketiganya. Karena itu, pendekatan One Health (terpadu) muncul sebagai cara yang lebih lengkap untuk mengakui bahwa kesehatan hewan, manusia, dan lingkungan saling berkaitan dan saling bergantung satu sama lain.

Pendekatan One Health menekankan pentingnya kerja sama antara berbagai sektor dan ilmu pengetahuan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani penyakit. Pendekatan ini melibatkan banyak hal, seperti pemantauan, diagnosis, penelitian, dan kebijakan kesehatan yang saling terhubung. Dalam menangani penyakit menular pada hewan dan zoonosis, pendekatan One Health sangat penting untuk mengidentifikasi faktor risiko, memahami bagaimana penyakit menyebar, dan mengembangkan strategi yang efektif untuk mencegah dan mengendalikan penyakit.

Dasar Utama Penulisan Edukasi

Dalam penulisan edukasi kepada masyarakat, ada tiga pilar utama—Komunikasi Informasi dan Edukasi, Tulisan Ilmiah Populer, dan Pendekatan One Health—menjadi dasar yang memandu setiap ide dan strategi yang disampaikan. Komunikasi Informasi dan Edukasi berperan penting dalam menyampaikan pengetahuan ilmiah kepada masyarakat luas, memastikan bahwa informasi penting tentang kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan dapat dipahami dan diterapkan dengan baik.

Tulisan Ilmiah Populer di sini tidak hanya menyampaikan data dan fakta, tetapi juga menyajikannya dengan cara yang menarik dan mudah didapat, sehingga bisa menjangkau lebih banyak orang dengan latar belakang yang berbeda. Sementara itu, Pendekatan One Health menjadi benang penghubung yang menyatukan isu-isu kesehatan antarspesies, menekankan pentingnya kerja sama antar sektor dalam menghadapi tantangan global seperti penyakit zoonosis dan resistensi antimikroba.

KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI (KIE) PHMSZ

TUJUAN KIE

KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemangku kepentingan tentang cara mencegah dan mengendalikan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Zoonosis (PHMSZ). KIE bertujuan untuk menjalankan enam kegiatan utama berikut:

Penyebaran Informasi yang benar: KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) membantu menyebarkan informasi yang akurat dan terpercaya tentang penyebab, gejala, cara pencegahan, dan pengendalian penyakit menular pada hewan dan zoonosis. Dengan informasi yang benar, masyarakat dan pemangku kepentingan dapat mengambil langkah yang tepat untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit.

Peningkatan Kesadaran: KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya dan risiko penyakit menular pada hewan serta zoonosis. Dengan kesadaran yang lebih tinggi, masyarakat akan lebih waspada dan mengikuti prosedur kesehatan yang diperlukan.

Perubahan perilaku: Melalui edukasi yang efektif, KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) dapat mendorong perubahan perilaku di masyarakat. Contohnya, masyarakat dapat diajak untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan, melakukan vaksinasi pada hewan peliharaan, serta menghindari kontak langsung dengan hewan liar yang bisa menularkan penyakit

Penguatan Kapasitas Pemangku Kepentingan: Peternak, dokter hewan, dokter, dan aparat pemerintah memerlukan pengetahuan yang cukup untuk mengidentifikasi dan menangani penyakit menular pada hewan. KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) membantu dengan memberikan pelatihan dan informasi yang mereka butuhkan agar dapat berperan secara efektif dalam mencegah dan mengendalikan penyakit.

Koordinasi dan kerjasama: KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) mendorong kerja sama antara berbagai pihak, seperti pemerintah, organisasi non-pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Kerja sama yang baik sangat penting untuk melaksanakan program pencegahan dan pengendalian penyakit dengan efektif.

Respons cepat terhadap wabah: Saat terjadi wabah, informasi yang cepat dan tepat sangat penting untuk mengendalikan penyebaran penyakit. KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) memastikan bahwa informasi dapat disebarkan dengan cepat kepada masyarakat dan pihak terkait, sehingga langkah-langkah pencegahan bisa segera dilakukan.

Jadi, KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) berfungsi sebagai alat yang sangat efektif untuk mengedukasi, memberikan informasi, dan mengkomunikasikan pentingnya pencegahan serta pengendalian penyakit menular pada hewan dan zoonosis, serta untuk meningkatkan kesehatan lingkungan kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait.

STRATEGI UTAMA PENERAPAN KIE

Strategi utama untuk menerapkan KIE dalam pencegahan dan pengendalian penyakit menular pada hewan dan zoonosis (PHMSZ), serta untuk meningkatkan kesehatan lingkungan, meliputi beberapa pendekatan, seperti: (1) Pendidikan dan kampanye publik; (2) Pelatihan bagi peternak dan tenaga kesehatan hewan; (3) Kerja sama antara berbagai sektor; (4) Penyuluhan kepada komunitas lokal; (5) Pemantauan dan evaluasi; dan (6) Respons cepat dan penanganan darurat.

Pendidikan dan kampanye publik: Mengajarkan masyarakat tentang zoonosis, termasuk penyebab, cara penularan, gejala, dan langkah-langkah pencegahan. Informasi ini disebarkan melalui kampanye media sosial, poster, pamflet, dan siaran langsung untuk memastikan informasi yang akurat dan mudah dimengerti sampai ke semua orang.

Pelatihan bagi peternak dan tenaga kesehatan hewan: Menyelenggarakan pelatihan rutin untuk peternak dan tenaga kesehatan hewan tentang cara mengenali gejala awal, melaporkan, dan menangani penyakit menular pada hewan. Pelatihan juga mendorong penerapan praktik kebersihan yang baik di peternakan dan fasilitas kesehatan hewan.

Kolaborasi antarsektor: Membangun kerja sama antara sektor kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan untuk pencegahan penyakit zoonosis. Mendukung program One Health yang menggabungkan semua aspek kesehatan—manusia, hewan, dan lingkungan—dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit.

Penyuluhan komunitas lokal: Melibatkan tokoh masyarakat, pemimpin agama, dan anggota komunitas dalam menyebarkan informasi tentang zoonosis dan pentingnya tindakan pencegahan. Menggunakan bahasa dan pendekatan yang sesuai dengan budaya lokal agar masyarakat lebih mudah memahami dan terlibat.

Monitoring dan evaluasi: Melakukan evaluasi terhadap efektivitas program KIE secara berkala untuk menilai tingkat pemahaman dan perubahan perilaku masyarakat terkait pencegahan zoonosis. Menggunakan hasil evaluasi untuk memperbaiki dan menyesuaikan strategi komunikasi yang digunakan.

Respons cepat dan tanggap darurat: Membangun kemampuan untuk segera merespons wabah penyakit hewan menular dengan menyebarkan informasi yang akurat dan tepat waktu kepada masyarakat. Meningkatkan kesadaran tentang langkah-langkah yang harus diambil dengan cepat dan tindakan darurat yang diperlukan dalam menghadapi kasus khusus atau krisis kesehatan masyarakat terkait zoonosis.

Dengan menerapkan strategi ini secara menyeluruh dan terus-menerus, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, mengurangi risiko penyebaran penyakit, dan memperbaiki upaya pencegahan serta pengendalian zoonosis dengan lebih efektif.

MENYUSUN TULISAN ILMIAH POPULER

Tulisan ilmiah populer adalah tulisan yang berisi hasil kajian, pandangan, atau opini penulis yang disertai argumentasi ilmiah dan disajikan dalam bahasa populer sehingga mudah dipahami oleh orang awam.

Tulisan ilmiah populer merupakan karya tulis ilmiah yang disampaikan di media massa untuk dibaca oleh masyarakat non-ilmiah atau orang awam. Di sini kami menjelaskan secara ringkas cara menulis tulisan ilmiah populer. Tulisan ilmiah populer, yang juga disebut karya ilmiah populer, merupakan karya tulis yang menggunakan bahasa populer yang mudah dipahami oleh masyarakat awam. Karya ini berisi hasil kajian, penelitian, atau studi. Prinsipnya, cara menulis tulisan ilmiah populer sama dengan menulis tulisan populer biasa. Proses ini merupakan kerja intelektual yang membutuhkan keahlian menulis, latihan, kejelian, daya nalar, wawasan, referensi, etika, waktu, dan kesabaran.

Pengertian tulisan ilmiah populer

Istilah tulisan ilmiah populer terdiri dari tiga kata: tulisan, ilmiah, dan populer. Berikut ini pengertiannya secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): (1) Tulisan – karya tulis seperti misalnya laporan berita atau esai dalam majalah, surat kabar, dsb.; (2) Ilmiah – bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan; memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan; (3) Populer – dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya; mudah dipahami orang banyak; disukai orang banyak; (4) Ilmiah Populer – bersifat ilmu, tetapi menggunakan bahasa umum sehingga mudah dipahami oleh masyarakat awam (tentang tulisan, gaya penulisan karya ilmiah); (5) Karya Ilmiah – tulisan yang memuat dan mengkaji suatu masalah dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan, seperti objektif, logis, empiris (berdasarkan fakta), sistematis, lugas, jelas, dan konsisten; (6) Ilmiah murni – skripsi, tesis, desertasi– ditampilkan dalam bahasa baku dan sangat terikat dengan kaidah bahasa Indonesia resmi. Topik: bidang keilmuan spesifik; (7) Ilmiah populer – ditampilkan dengan bahasa yang lebih luwes sehingga dapat dipahami masyarakat awam. Topik: permasalahan aktual masyarakat.

Secara bahasa, tulisan ilmiah populer adalah tulisan yang berisi pendapat subjektif penulis mengenai suatu masalah atau peristiwa, berdasarkan kajian, analisis, dan penelitian, serta memenuhi kaidah ilmu pengetahuan. Tulisan ini disajikan dalam bahasa populer agar mudah dipahami oleh masyarakat luas. Bahasa populer adalah bahasa yang mudah dipahami oleh orang awam. Di media massa, bahasa populer yang dimaksud adalah bahasa jurnalistik atau bahasa pers.

Karakteristik tulisan ilmiah populer :

  • Opini tentang suatu masalah atau peristiwa disertai fakta empiris dan teori pendukung.
  • Sarana komunikasi antara ilmuwan dan masyarakat (orang awam).
  • Gaya bahasa populer atau bahasa media (bahasa jurnalistik) – sederhana, mudah dipahami orang awam, singkat, dan efektif (hemat kata).
  • Ringkasan hasil penelitian –fakta terpenting & penting (model piramida terbalik).
  • Menerjemahkan bahasa iptek yang rumit ke dalam bahasa yang dimengerti secara umum.
  • Mudah dicerna karena berkaitan erat dengan kejadian sehari-hari.
  • Memperkenalkan ilmu atau temuan baru serta mengaitkan dengan kebutuhan masyarakat.

Menulis ilmiah populer

Secara praktis, tulisan ilmiah populer adalah karya tulis yang memadukan kajian ilmiah dengan bahasa yang mudah dipahami oleh orang awam. Tujuannya adalah untuk menjembatani komunikasi antara ilmuwan dan masyarakat melalui media massa, seperti surat kabar atau majalah. Tulisan ini menyajikan hasil penelitian atau opini penulis yang didukung oleh fakta dan teori ilmiah, namun disampaikan dengan gaya bahasa yang lebih santai dan efektif.

Tulisan ilmiah populer berbeda dengan karya ilmiah murni, karena lebih fleksibel dalam aturan penulisan dan bertujuan untuk menyampaikan informasi ilmiah kepada publik secara luas. Bahasa yang digunakan adalah bahasa populer atau jurnalistik, yang sederhana, singkat, dan mudah dipahami.

Karakteristik utama tulisan ilmiah populer meliputi penyajian opini yang didukung oleh fakta empiris, penggunaan bahasa yang sederhana, serta kemampuan untuk menerjemahkan konsep ilmiah yang kompleks menjadi mudah dipahami oleh pembaca awam. Tulisan ini juga sering kali mengaitkan hasil penelitian dengan isu-isu aktual atau kebutuhan masyarakat.

Dalam menyusun tulisan ilmiah populer, penulis harus melalui beberapa tahapan, mulai dari pemilihan ide, pengembangan tema, penyusunan outline, hingga penulisan draf pertama dan pengeditan. Struktur tulisan ini mencakup judul, nama penulis, pendahuluan, isi tulisan, dan penutup. Tulisan ilmiah populer juga bisa disusun berdasarkan urutan waktu, proses, deduksi, induksi, atau reportase, tergantung pada topik yang dibahas. (*/Adv)

(Bersambung)


Berita Terkait

Kolom Komentar

You must login to comment...