Wednesday, 30 October 2024 10:04 WIB
Pangannews.id - Indonesia mengalami cuaca panas yang signifikan, dengan suhu maksimum harian mencapai 38,4 derajat Celsius. Menurut Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Fenomena Khusus Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Miming Saepudin, beberapa daerah mengalami cuaca ekstrem pada Senin (28/10/2024).
Salah satu wilayah yang paling terpengaruh adalah Larantuka di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang mencatat suhu tertinggi. Selain Larantuka, daerah lain seperti Majalengka (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), dan Bima (Nusa Tenggara Barat) juga mengalami cuaca panas, dengan suhu berkisar antara 37 hingga 37,8 derajat Celsius.
Beberapa kota seperti Kota Lampung, Bulungan (Kalimantan Utara), Sikka (NTT), Sidoarjo (Jawa Timur), Pekanbaru (Riau), dan Palembang (Sumatera Selatan) mengalami suhu antara 35,4 hingga 36,4 derajat Celsius.
Miming menjelaskan bahwa cuaca panas ini disebabkan oleh minimnya tutupan awan, sehingga sinar matahari langsung menerpa permukaan Bumi. Selain itu, pergerakan semu Matahari yang berada di atas khatulistiwa juga berkontribusi terhadap kondisi ini.
Meskipun suhu tinggi terjadi, BMKG mengklasifikasikan cuaca panas ini dalam kategori biasa dan menegaskan bahwa kondisi ini tidak memengaruhi perubahan musim di Indonesia.
Tips Menghadapi Cuaca Panas
BMKG menyarankan masyarakat untuk tetap terhidrasi dengan mengonsumsi air putih secara teratur untuk mencegah dehidrasi, terutama saat beraktivitas di luar ruangan. Miming juga merekomendasikan penggunaan topi atau payung untuk melindungi diri dari paparan sinar matahari, serta memakai kacamata hitam dan tabir surya untuk melindungi kulit dari sinar ultraviolet (UV).
Lebih lanjut, Miming mengingatkan agar masyarakat tidak melakukan pembakaran di lahan kosong atau hutan untuk mencegah risiko kebakaran yang bisa muncul akibat cuaca panas.
Memantau Kondisi Cuaca
BMKG mengajak masyarakat untuk memantau kondisi cuaca terkini melalui aplikasi daring infoBMKG, media sosial infoBMKG, atau dengan menghubungi kantor BMKG terdekat. Meskipun saat ini memasuki masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan, sebagian besar wilayah Indonesia masih merasakan dampak cuaca panas ini.
Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani, menambahkan bahwa cuaca panas ini dipicu oleh angin timuran dari Monsun Australia, yang membawa udara kering. Atmosfer yang stabil dan rendahnya pertumbuhan awan hujan di wilayah selatan Indonesia juga menjadi faktor penyebab minimnya tutupan awan, sehingga meningkatkan suhu di siang hari.
Editor : Adi Permana
Saturday, 14 June 2025 12:04 WIB
Saturday, 14 June 2025 08:12 WIB
Thursday, 12 June 2025 13:40 WIB
Monday, 09 June 2025 22:09 WIB
You must login to comment...
Be the first comment...