Thursday, 02 January 2025 10:32 WIB
Pangannews.id - Belum lama ini, sebuah tragedi keracunan ikan buntal terjadi di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang mengakibatkan satu orang meninggal dunia dan tiga lainnya mendapatkan perawatan intensif. Peristiwa ini menjadi perhatian banyak pihak, termasuk para ahli dalam bidang pengolahan hasil perikanan.
Dosen Pengolahan Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga (Unair), Eka Saputra, memberikan penjelasan terkait keracunan yang disebabkan oleh ikan buntal.
Menurut Eka, keracunan ikan buntal merupakan salah satu jenis keracunan hasil perikanan yang sangat berbahaya. Jika tidak diolah dengan benar, keracunan ini dapat berakibat fatal, bahkan menyebabkan kematian pada korbannya.
Ikan buntal mengandung racun berbahaya yang dikenal dengan nama tetrodotoxin (TTX). Racun ini terdapat pada beberapa bagian tubuh ikan, seperti hati, ovarium, usus, dan kulit. Bahkan, dalam beberapa kasus, daging ikan buntal juga bisa mengandung tetrodotoxin jika pengolahannya tidak dilakukan dengan benar.
Eka menjelaskan, gejala keracunan dapat muncul dalam waktu singkat, mulai dari mati rasa pada bibir dalam 20 menit hingga 3 jam setelah konsumsi, diikuti dengan mual, muntah, dan kelumpuhan otot. Efek kelumpuhan otot ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan penurunan tekanan darah yang dapat berujung pada kematian.
Eka Saputra mengingatkan bahwa pengolahan ikan buntal memerlukan keahlian khusus agar ikan tersebut dapat dikonsumsi dengan aman. Salah satu tantangan besar adalah bahwa racun tetrodotoxin tidak dapat dihancurkan dengan panas atau proses memasak biasa.
Oleh karena itu, diperlukan keterampilan khusus yang didukung dengan sertifikasi agar pengolahan ikan buntal dapat dilakukan dengan aman, seperti yang diterapkan di Jepang. Di negara tersebut, hanya restoran atau fasilitas yang memiliki izin khusus yang diperbolehkan menyajikan ikan buntal kepada pelanggan.
Menurut Eka, para praktisi pengolahan ikan buntal dilatih untuk mengidentifikasi bagian yang beracun dan menghindari kontaminasi silang. Kesalahan kecil dalam pengolahan dapat menyebabkan perpindahan racun dari organ beracun ke daging ikan, yang pada akhirnya berisiko membahayakan konsumen.
Meskipun berbahaya, ikan buntal mengandung nilai gizi yang cukup baik, seperti protein tinggi dan lemak rendah yang mendukung kesehatan jantung, serta berbagai vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh.
Eka menegaskan, meskipun ikan buntal memiliki manfaat gizi yang baik, risiko tetap tinggi jika pengolahannya tidak tepat. Di Jepang, konsumsi ikan buntal lebih dari sekadar makan, melainkan sebuah tradisi yang menggabungkan apresiasi rasa, keahlian kuliner, dan keberanian yang terkontrol.
Untuk itu, Eka mengingatkan pentingnya pemahaman masyarakat tentang karakteristik bahan baku produk perikanan. Dengan mengetahui karakteristik tersebut, proses pengolahan yang tepat dapat dilakukan, sehingga produk perikanan yang dikonsumsi lebih aman dan terjamin. Masyarakat diimbau untuk berhati-hati dalam mengonsumsi produk perikanan yang berisiko, dan pastikan pengolahannya dilakukan oleh ahli bersertifikat.
Editor : Adi Permana
Tuesday, 14 January 2025 14:16 WIB
Thursday, 02 January 2025 09:55 WIB
Friday, 27 December 2024 16:51 WIB
Friday, 27 December 2024 16:33 WIB
You must login to comment...
Be the first comment...