Saturday, 30 November 2024 19:19 WIB
Pangannews.id - Makanan ultraproses, yang telah lama dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit jantung dan gangguan metabolisme, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya psoriasis, yakni gangguan autoimun yang memengaruhi kulit.
Psoriasis adalah kondisi kulit yang menyebabkan bercak merah meradang, timbul, dan berkembang menjadi sisik keperakan. Biasanya muncul di area seperti kulit kepala, siku, lutut, dan punggung bagian bawah.
Dilansir dari Antara, sebuah penelitian yang dipimpin oleh Dr. Emilie Sbidian, seorang dermatolog di Rumah Sakit Henri-Mondor di Créteil, Prancis, menunjukkan bahwa konsumsi makanan ultraproses dapat memperburuk gejala psoriasis, terutama pada individu dengan kondisi psoriasis aktif.
Makanan ultraproses merujuk pada produk yang mengandung berbagai bahan tambahan, seperti pengawet, minyak, garam, serta zat-zat lain yang digunakan untuk memperpanjang umur simpan, meningkatkan rasa, dan penampilan makanan. Contoh makanan ultraproses meliputi makanan beku, daging olahan, sereal manis, keripik kemasan, kue, pretzel, dan biskuit.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa konsumsi makanan ultraproses secara rutin dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit, termasuk insomnia, penyakit jantung, kanker, hingga kematian dini. Selain itu, makanan jenis ini juga terkait dengan peningkatan risiko obesitas dan gangguan pencernaan, seperti penyakit radang usus.
Untuk memahami lebih lanjut dampak makanan ultraproses terhadap psoriasis, tim peneliti menganalisis data dari lebih dari 18.500 individu dalam basis data kesehatan. Dari jumlah tersebut, 1.825 orang diketahui menderita psoriasis, dengan 802 di antaranya mengalami gejala yang aktif.
Para peneliti mencatat asupan makanan peserta melalui kuesioner dan menemukan bahwa 36 persen individu dengan psoriasis aktif berada di kelompok yang mengonsumsi makanan ultraproses paling tinggi, dibandingkan dengan individu yang tidak menderita psoriasis sama sekali.
Temuan ini tetap signifikan meskipun disesuaikan dengan faktor-faktor lain seperti usia, konsumsi alkohol, indeks massa tubuh, dan kondisi kesehatan lainnya. Dr. Sbidian dan tim peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan yang jelas antara konsumsi makanan ultraproses yang tinggi dan status psoriasis aktif.
Namun, peneliti juga mengingatkan bahwa hasil penelitian ini didasarkan pada studi observasional yang hanya menunjukkan korelasi, bukan hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu, mereka menekankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk menyelidiki lebih dalam peran makanan ultraproses dalam perkembangan psoriasis.
"Kami memerlukan studi berskala besar yang lebih mendalam untuk mengetahui dengan pasti bagaimana konsumsi makanan ultraproses dapat mempengaruhi munculnya atau memburuknya psoriasis," kata Dr. Sbidian.
Selain itu, tim peneliti mencatat bahwa kelompok yang terlibat dalam penelitian ini relatif lebih sehat dibandingkan dengan populasi umum di Prancis, sehingga temuan ini mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi masyarakat secara keseluruhan.
Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah potensi kesalahan dalam klasifikasi psoriasis, karena data yang dikumpulkan bergantung pada laporan mandiri peserta, yang dapat memengaruhi akurasi hasil.
Editor : Adi Permana
20 menit dari sekarang
Monday, 09 December 2024 14:02 WIB
Wednesday, 04 December 2024 09:06 WIB
Tuesday, 03 December 2024 11:56 WIB
You must login to comment...
Be the first comment...